BUNTU SARIRA TORAJA Panorama Alam Kisah Tangga Ke Langit

Toraja adalah daerah dengan kondisi Alam yang di dominasi oleh pegunungan yang masih sangat alami. Kondisi alam yang masih sangat alami itulah yang menjadi daya tarik para Pecandu Ketinggian makanya banyak kita temui di dunia maya Tagline tentang “TORAJA NEGERI DI ATAS AWAN”. Betul-betul seperti surga dunia. Bagaimana tidak? Saat berada di ketinggian, Lautan Awan jadi bonus buat anda, serasa sudah jadi milyader deh pokoknya. belum lagi suasana alam yang begitu menakjubkan bisa anda temui. Perpaduan antara Kondisi Alam dan Budaya menjadikan Toraja Idola Para Traveller didunia, Bahkan wisatawan asing lebih cepat mengenal jika anda mengatakan Toraja dan Bali dari Pada Indonesia. Begitu banyak pula surga tersembunyi yang bisa anda temui di Toraja, dalam artikel yang saya terbitkan sebelumnya mengulas beberapa Pesona Wisata Baru yang ada di Toraja dan kali ini Pesona Baru datang lagi untuk anda “BUNTU SARIRA TORAJA”

sampul
Sumber: Anchi Arcopodo

Buntu Sarira (Gunung Sarira) adalah pegunungan yang membentang dari utara ke selatan Toraja, dari Sangngalla’ ke Sanggalangi’. dengan Ketinggian 1231 MDPL. Buntu Sarira terletak di Kelurahan Sarira, Tilanga’, Kecamatan Makale Utara, Kabupaten Tana Toraja. Jaraknya +- 30 Menit dari Pusat Kota Makale dan berada di titik Kordinat:  

Start Point

  • S 03°02’10.75″
  • E 119°52’20.15″
  • Elevasi 911 Mdpl

Bambu

  • S 03°02’06.69″
  • E 119°53’32.74″
  • Elevasi 1055 Mdpl

Puncak Sarira

  • S 03°02’03.65″
  • S 119°53’41.43″
  • Elevasi 1231 Mdpl

Bambu itu Batas Vegetasi Hutan,  setelah itu Vegetasi berganti jadi Karst dan Tumbuhan Semak.

Jika anda belum melihat Lokasinya. Anda cukup mengarahkan Kendaraan anda ke Permandian Alam Tilanga’. disana anda bisa menanyakan kepada penduduk Lokal dimana Jalan menuju Buntu Sarira.

Setelah sampai di Lembah Gunung Sarira, Anda bisa langsung  memarkir kendaraan anda di tempat yang telah disediakan penduduk. Dari lembah Gunung Sarira anda Trekking kira-kira 45 Menit hingga Mendapati Pondok Kecil di Kebun Milik Warga. anggap itu bonus buat Anda.Nikmati sebaik Mungkin karena setelah itu Perjalanan Mulai Ekstrim, Terbing-Tebing Curam mulai anda Dapati di sepanjang Perjalanan.

sam_3956
Sumber: Muh Ali
sam_3953
Sumber: Muh Ali

sam_3942

sam_3946

Diatas adalah Medan yang harus anda lalui. Semak, Tebing, Dll

sam_3870

sam_3873

Karena Medannya lumayan extreme teman-teman yang mau nanjak jangan sampai lupa bawa Headlamp apalagi yang mengambil pendakian malam, bermodalkan senter HP aja tidak cukup. Jadi, alat-alatnya di perhatikan ya.

Total waktu menuju puncak kurang lebih 2 Jam. sesampai di puncak, anda bisa beristirahat kemudian mendirikan Camp sambil menikmati Panorama Alam Buntu Sarira yang dulu sempat ada tertulis dalam Kisah “TANGGA MENUJU LANGIT” yang dalam bahasa toraja di ceritakan ERAN DI LANGI’. Bagaimana Kisahnya? Simak…

konon dahulu kala hubungan antara manusia dan penghuni langit masih sangat dekat. Manusia di bumi setiap saat bisa berkunjung ke langit. Saat itu, bila manusia hendak melakukan suatu  kegiatan biasanya pergi ke langit untuk menanyakan boleh atau tidak hal tersebut dilakukan. Begitu juga penghuni langit, terutama Puang Matua sering berkunjung ke bumi untuk mengontrol cara hidup manusia. Hubungan itu bisa terjadi karena saat itu masih ada eran di langi ( tangga ke atas langit ) yang menghubungi langit dan bumi.

Pada suatu hari, manusia berkunjung ke rumah Puang Matua di langit. Saat melintasi dapur Puang Matua, manusia melihat ada benda yang sangat aneh dan ia pun mengambilnya. Benda itu disebut  Batu te’tekan ( sejenis batu yang menghasilkan api digosok dengan benda lain). Pemantik api ajaib yang digunakan Puang Matua untuk menyalakan api di langit.

Penghuni langit gempar karena Batu te’tekan hilang. Semua dewa sakti di langit dikerahkan untuk mencari pemantik tersebut. Puang Matua mencurigai manusia bumi yang baru saja bertamu di rumahnya. Puang Matua marah, namun ia belum sampai hati menghukum manusia. Puang Matua masih bisa bersabar dan menahan amarahnya.

Tersebutlah seorang bangsawan bernama Londong Dirura yang ingin menikahkan putra dan putrinya. Hal ini terjadi di Tana Toraja. Karena di daerah itu baru ada beberapa orang maka untuk mencari jodoh di luar keluarga tidaklah mungkin. Ketika kedua anak bangsawan itu telah dewasa, orang tuanya ingin menikahkan kedua bersaudara kandung itu. Seperti biasanya, setiap ada acara di bumi, harus dibicarakan dulu dengan Puang Matua.

Londong Dirura segera memangiil seorang hamba bernama Mangi. Kata bangsawan itu, “Mangi “hambaku ! Saya mempunyai rencana menikahkan kedua anak saya. Karena itu saya mengutusmu ke langit. Tanyakan pada Puang Matua, bolehkah menikahkan orang yang bersaudara kandung”

“Ya, tuan. Hamba akan laksanakan perintah tuan.”

“Bila bertemu Puang Matua, utarakan maksudmu dan dengarkan baik- baik pesannya. Setelah itu, kamu harus langsung turun ke bumi sebab kedua anak itu sudah tidak sabar lagi menunggu hari bahagianya.”

“Hamba mohon doa restu. Semoga hamba bisa kembali dengan cepat dan tidak mengalami gangguang apapun dalam perjalanan.”

Saat itu di dalam hati Mangi mulai muncul niat tidak baik. Lesempatan itu digunakan olehnya untuk membalas segala perlakuan tidak baik yang dilakukan tuannya pada dirinya sendiri selama ini. Sesudah bepamitan Mangi’ langsung pergi bersembunyi di semak- semak tidak jauh dari rumah tuannya. Setelah bersembunyi semalam suntuk di sana, hamba yang licik itu kembali menghadap tuannya.

“Puang Matua merestui dan sangat gembira atas rencana tuan. Para dewa akan turun ke bumi, saat tuan menyelenggarakan pesta pernikahan anak tuan, dan sebelumnya tuan harus menggelar upacara Ma’bua (pesta syukuran atas kemurahan Tuhan yang biasanya dilangsungkan sekali dalam sepuluh tahun). Karena ini adalah syarat langsung dari Puang Matua. Kalau dilanggar kedua anak tuan tidak bisa dinikahkan.”

Londong Dirura segera menyiapkan upacara Ma’bua. Ia menyebar berita ke daerah seberang agar warga di sana ikut menyaksikan pesta raksasa itu. Tidak lama kemudian, Toraja berubah menjadi lautan manusia yang datang dari berbagai daerah. Pada hari pelaksanaan pesta, Londong Dirura turun ke tempat upacara dengan memakai hiasan berupa tanduk kerbai berlapis emas. Ia datang ke lapangan tempat pesta dilangsungkan sambil diiringi teriakan- teriakan histeris. Pesta Ma’bua pun segera dimulai.

Puang Matu di langit merasa gelisah. Iamendapat firasat di bumi pasti ada yang tidak beres. Puang Matua pun langsung turun dari langit menyaksikan perilaku manusia yang semakin aneh di bumi. Sesampainya di bumi, alangkah kagetnya hati Puang Matua menyaksikan penghuni bumi sedang mengadakan pesta rakyat.

“Apa yang hendak kau lakukan dengan pakaian  dan tanduk seperti itu ?”

“Saya hendak membuka upacara Ma’bua. Bukankah Puang Matua telah memerintahkan menggelar upacara ini sebelum saya mengawinkan kedua anak kandung saya ? dan katanya Puang Matua telah menyetujuinya asalkan terlebih dahulu membuat pesta Ma’bua.”

“Saya tidak pernah kedatangan utusan dari bumi akhirnya akhir ini.”kata Puang Matua geram.

Londong Dirura sadarkalau ia telah ditipu oleh Mangi,”hambanya yang licik. Segera diperintahkannya untuk menangkap Mangi’ yang telah menipu Londong Dirura. Mangi’ mengaku bahwa sebenarnya ia tidak berangkat ke langit, namun hanya bersembunyi di semak- semak. Sejak saat itu, Mangi’ diusir dari rumah tuannya. Melihat perilaku manusia yang semakin tidak baik, marahlah Puang Matua. Kesalahan- kesalahan beruntun yang dilakukan manusia itu tidak bisa lagi dimaafkan. Maka dengan sangat marah, Puang Matua dan segenap rombongannya kembali ke langit.

Sesampainya di langit, Puang Matua menumpahkan amarahnya. Ia langsung menendang tangga yang menghubungkan bumi dan langit. Tangga itu langsung berserakan dan menimpa manusia di bumi. Halaman menjadi retak dan terbuka sehingga air memancar dari dalam tanah.

Dalam sekejap saja, daerah itu telah digenangi air dan menjadi lautan. Pesta Ma’bua dan rencana pernikahan anak- anak Londong Dirura pun tidak jadi dilangsungkan.Tangga yang berserakan dan menimpa banyak orang itulah, menurut kepercayaan orang Toraja menjadi guguisan pegunungan batu yang terbentang di daerah Propinsi Sulawesi Selatan mulai dari Kabupaten Inrekang sampai ke Toraja. Di Toraja, gugusan pegunungan itu disebut Gunung Sarira.

sam_3887

 

 Silahkan Klik: Produk Ready Makassar, Paket Hemat Super Combo’s, Jam Tangan Adventure, Tenda/Outdoor LivingTenda/Outdoor Living

Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Pendaki Gunung Adalah Pacar Idaman

Reservasi Paket Tour Toraja silahkan Klik disini

CK Bandana/Buff/Skrap/Penutup Mulut Edisi Toraja Pemesanan Via BBM 5E57FBC6

4 Comments Add yours

  1. krisharianto bannepadang says:

    Ulasan yang menawan, salut buat Indo’ Eunike

    Like

  2. Asep says:

    Jd ingat prnah ke sana jaman dulu bgt semasa kumis saya blm numbuh.. tp aksesnya emang lumayan ekstrim..o ya ke arah utaranya ada lg yg namanya Mebali

    Like

Leave a reply to Eunike Pakiding Cancel reply